Sabtu, 08 Oktober 2016

Betapa Bodohnya Aku

Yang mau aku katakan
Hanyalah terima kasih
Atas telah menyadarkan aku
Betapa bodohnya aku

Betapa bodohnya aku yang terus-terusan terjebak dalam arus permainanmu
Betapa bodohnya aku yang gak pernah jera masuk kesana
Betapa bodohnya aku selalu saja tertipu atas bualanmu
Betapa bodohnya aku jika setelah tulisan ini aku masih melakukan hal yang sama

Aku cukupkan semua kebodohan ini
Aku akhiri semua permainanmu
Anggaplah aku kalah dan keluar dari permainanmu
Atau lebih tepat aku sebut tipu dayamu.

Selasa, 04 Oktober 2016

Abaikan Ini



Pembahasan kali ini mungkin agak jorok ya. Jadi jauhi diri ada dari makanan dan cemilan juga siapkan wadah di samping anda ketika membaca ini.
Aku dari kecil terbiasa dengar kalimat istilah “Kapan kau gak berak malam” untuk mengungkapkan suatu pembalasan. Sampai sekarang kalimat itu masih lumayan sering orang ungkapkan. Ketika aku kecil aku gak paham maksudnya apa. Apa hubungannya mau balas dendam sama berak malam. Aku selama ini toh kalau berak malam gak pernah kejadian apa-apa ataupun peluang untuk terjadi apa-apa. Sampai akhirnya aku sadar, mungkin zaman dulu kan wc itu jauh dari rumah. Orang zaman harus keluar rumah di tengah kegelapan menuju wc Cuma untuk berak. Maklum lah kan berak susah nahannya. Dan peluang berak malam itu juga sangat besar dimana memang waktunya system pencernaan kita bekerja. Jadi, ketika moment orang keluar rumah sendiri dan gelap itulah orang lain bisa melakukan pembalasan. Tapi kan jorok ya, kalau lagi balas dendam taunya si korban kentut gimana. Atau bahkan lebih jorok dari itu. Dan juga kalau korban meninggal menjadi tragis, dalam keadaan menahan berak. Dan ada sesuatu yang mau keluar harus batal. Itu kayak laptop dipaksa shut down dengan cabut baterai.

Senin, 03 Oktober 2016

"Yah kau lagi. Aku bosan sama kau walau kau gak ku lihat ada bosan-bosannya sama aku. Aku lelah kau cumbui terus walau aku suka. Tapi aku senang bisa menemani kau di saat susah begini. Asal gak kau lupa aja sama aku pas kau senang nanti." Kopi yang entah sudah gelas ke berapa untuk hari ini.
"Aku disini bukannya cuma untuk liatin kalian lewat aja. Bahkan bukan sebuah pajangan kota. Bukan juga untuk ditempel-tempelin kertas. Aku disini untuk ngatur kalian!" Lampu lalu lintas simpang jalan yang sedang merah.

Sendiri dan Sepi

Setiap orang butuh waktu sendiri
Memahami setiap masalah
Memikirkan solusi
Mengerti keadaan

Bukannya aku tak suka keramaian
Tapi ramai hanya sebuah pelarian
Orang mencari keramaian untuk bisa lupa
Melupakaan keadaan

Ramai itu hanya sementara
Sepi itu kekal
Sepi adalah perenungan
Sendiri adalah pengkhidmatan

Jangan terus sembunyi di keramaian
Nikmati sendirimu
Temukan dirimu
Tanpa mengikuti orang kebanyakan

Sabtu, 01 Oktober 2016

"Sudah tahun 2016 masih banyak saja orang yang membeda-bedakan golongan. Andai saja aku bisa memilih ketika dilahirkan, tentulah aku memilih menjadi kaum mayoritas. Menjadi minoritas itu sangat menyakitkan". Wanita separuh baya dengan matanya yang segaris.
"Tahu apa kau soal bermimpi. Aku yang hampir 30 tahun percaya pada mimpi-mimpiku. Tapi percaya saja tidak cukup untuk membuat mimpi-mimpi itu nyata". Seorang bapak tua sambil meminum gelas kopi kelimanya hari itu.
"Mengapa jatuh cinta menyenangkan? Kata orang memang begitu. Padahal tidak. Atas nama jatuh, pasti ada suatu hal yang tidak enak." Seorang pria yang kebetulan lewat.