Sabtu, 21 Juni 2014

Kita Semua Bersaudara

Beda pilihan itu biasa,
Baik itu nomor satu atau nomor dua,
Baik itu "Selematkan Indonesia",
Ataupun "Indonesia Hebat",

Gak harus terpecah belah,
Memilih dengan logika yang rasional,
Agar tak ada penyesalan nantinya,
Lima menit untuk lima tahun kedepan,

Golput jelas bukan jalan keluar,
Turun tangan untuk masa depan Indonesia,
Masa depan anak cucu kita,
Masa depan kita juga,

Siapapun pilihan Indonesia,
Tarik diri untuk memantau pemerintahan,
Untuk menghindari tirani kembali berkuasa,
Selalu berikan dukungan, masukan,
dan kritikan kita,
Untuk Indonesia yang semakin baik,

Kita semua bersaudara,
Seperti permainan sepakbola,
Rivalitas hanya 90 menit,
Dan ini hanya sampai 9 Juli,
Salam damai untuk Indonesia.

Kembali

Ketika mentari kian terik,
Dari hari ke hari,
Terasa menusuk ke kulit,
Namun jangan biarkan ia menyentuh kulitmu,
Apalagi wajah cantik itu,
Paras cantik yang ku rindu,

Tenanglah kasih,
Gerilya ini akan ku akhiri,
Cinta akan abadi,
Dan menemanimu lagi,

Melewati perihnya dunia,
Menghadapi panasnya mentari,
Tak mengapa,
Asal bersamamu lagi.

Jumat, 13 Juni 2014

Sebuah Kebanggaan

Ini bukan soal lelah yang terpatri di tubuh,
Atau penat yang melekat di hati,
Dan juga bukan soal peluh yang mengalir,
Atau air mata yang menetes,

Tapi ini soal perjuangan,
Perjuangan untuk terus bangkit,
Perjuangan untuk masa depan diri,
Dan perjuangan untuk kebahagiaan orang tua,

Lewat doa mereka,
Lewat kata-kata mereka,
Semua ini sungguh jadi tak berarti,
Demi senyuman yang tersimpul di bibir mereka,
Demi kebanggaan yang melekat di dada mereka,

Karena berhenti berarti menghilangkan harapan mereka,
Hapuskan kata "tak mampu" dalam kamus,
Karena dengan doa orang tua,
Dengan restu orang tua,
Apapun itu menjadi mungkin,
The power of pray,
The power of love.

Untuk Seseorang

Kenyataannya ini semua terlalu berat,
Berat karena dua orang yang saling mencintai
dipaksa berpisah,
Berat karena ini tak sesuai ekspektasi kita,
Tapi kenyataan berkata berbeda,

Ketika keputusan itu kita ambil,
Segalanya kian sulit,
Ku sadari itu sejak awal,
Akan ada hal baru yang akan datang kedepannya,

Dan semua itu benar,
Kita tak tahu arah melangkah,
Bagai seekor burung yang tertinggal rombongan,
Atau anak itik yang ditinggal induknya,

Dan salah paham jadi akhir segalanya,
Dari salah paham lalu salah melangkah,
Salah ambil keputusan,
Dan salah segalanya,

Tapi ah sudahlah,
Mungkin itu memang takdir kita,
Terlalu banyak tekanan sejak awal,
Mungkin berakhir adalah jalan terbaik yang menyakitkan,
Setidaknya takdir untuk saat ini,
Masa depan siapa yang tahu,

Kamu salah jika menganggapku menjauh,
Atau memberi jarak diantara kita,
Atau bahkan membencimu,
Dan marah padamu,

Tenanglah kasih,
Aku tak sepicik itu,
Aku hanya ingin tak ada lagi yang tersakiti,
Baik hati ini,
Dan juga hatimu,
Menyakitimu adalah kesedihanku,

Aku tak mungkin menjauh,
Atau melupakan,
Aku hanya berusaha untuk tidak mendekat,
Dan juga tidak mengingat,

Semoga kamu selalu bahagia disana,
Selalu dalam lindungan-Nya,
Selalu dalam dekapan-Nya,
Terima kasih untuk segalanya,
Dan maaf untuk sesuatu yang tersangkakan,