Sabtu, 31 Januari 2015

Beberapa Kategori Orang Pacaran

         Zaman sekarang pacaran seperti sudah menjadi gaya hidup. Kata orang kalo gak pacaran itu gak keren. Bahkan anak-anak sekolah pun sudah banyak yang berpacaran, pergi sekolah bareng, Maka dari itulah gue buat riset tentang kategori-kategori dari fenomena sosial ini. Dan berikut hasil risetnya.

1.             Pacaran Serius
Kategori pacaran ini adalah kategori yang paling baik diantara lainnya. Kategori ini menuntut pelakunya untuk berkata cukup dengan satu orang saja dan berharap bisa melanjutkan kan jenjang pernikahan dan sampai maut memisahkan.

2.             Pacaran Main-Main
Kategori pacaran ini adalah kebalikan 180 derajat dari Kategori pertama, ini adalah kategori yang paling buruk dari segala kategori orang pacaran. Orang-orang yang berada di kategori ini sudah dipastikan berpacaran untuk hal-hal tidak baik pula. Ada maksud-maksud tertentu dan terselubung dari sebuah cinta suci.

3.             Gak Sengaja Pacaran
             Kalo kategori ini berada di tengah-tengah antara kategori pertama dan kedua. Dikatakan baik tidak juga, dikatakan buruk juga tidak. Kalo dalam hokum Islam disebutnya mubah. Kategori ini maksudnya ada orang-orang yang pacaran secara tidak sengaja, terkadang mereka sedang ngobrol, bercanda-canda, eh tahunya jadian. Udah gitu aja. Atau mungkin mereka main dukun, disantet, waktu masa berlaku santetnya habis, mereka tersadar dan gak sengaja pacaran. Biasanya hubungan ini gak berlangsung lama, ketika mereka sadar mereka memutuskan berpisah dan tidak ada kenangan apapun. Hilang gitu aja kayak debu di jalan lalu disiram petugas berwenang.

4.             Pacaran Backstreet
 Berdasarkan terjemahan backstreet sendiri yang artinya bisa dikatakan jalan belakang. Berarti pacaran jenis ini adalah pacaran yang diam-diam. Biasanya gak begitu banyak yang tahu hubungan mereka. Mereka sembunyikan hubungannya bisa karena banyak hal, bisa jadi mereka masih di bawah umur, gak dapat restu orang tua, atau mereka adalah pasangan selingkuh.

5.          Pacaran Jarak Jauh
Kata orang sih pacaran tipe ini adalah pacaran yang paling kuat ikatan hatinya. Bayangkan tanpa bertemu, mereka harus selalu menjaga hati mereka. Ini dapat terjadi juga karena beberapa alasan, bisa jadi karena keduanya berkerja atau kuliah di kota yang berbeda, atau mereka memang tinggal di kota berbeda.

6.             Terpaksa Pacaran
        Kategori ini dapat dilihat dengan tanda-tanda seperti mereka gak pernah update status tentang pacarnya, atau pasang display picture BBM foto pacarnya, pokoknya segala hal tentang pacarnya tidak pernah dipublish sama sekali. Ini bisa dikarenakan mereka sudah terlalu lama jomblo, ada yang dekat ya udah diterima aja walaupun mereka gak cinta. Atau bisa juga karena dijodohkan, mereka merasa gak enak jika menolak.

7.                   7.      Pacaran Sosial Media
          Pacaran ini agak aneh, tapi beneran nyata. Biasanya orang milih pacar berdasarkan pada bobot, bibit, dan bebet. Lah ini cuma berdasarkan foto profil atau avatar sosmed. Jadi mereka-mereka ini gak saling ketemu, gak tau gimana bentuk aslinya, tapi pacaran. Mungkin mereka mengamalkan pepatah bilang “Cinta tidak selalu soal fisik”.

8.             Pacaran Pelampiasan
Kategori ini biasa juga disebut dengan pacaran pelarian. Biasanya disebabkan karena hasrat ingin cepat move on paska putus. Atau ingin bilang ke mantannya, “aku laku kan” atau “aku bisa tanpa mu”. Sesungguhnya hal ini tidak menyelesaikan apapun, kamu hanya tutup lubang gali lubang lagi di tempat yang sama. Dan juga, pacaran jenis ini bisa membuat batin kamu tersiksa karena kamu sayangnya ke orang lain tapi pacarannya sama yang lain.

9.             Pacaran Syariah
Pacaran kategori ini sebenarnya gak dibenarkan, mana ada pacaran bisa syariah. Tapi karena fenomena ini ada di kehidupan nyata, maka gue masukin. Pacaran jenis ini biasanya mengarah ke hal-hal positif, semoga ya. Karena kebanyakan pelaku jenis pacaran ini mereka pacaran terus perginya ke Mesjid, kadang pergi ke pengajian, mereka juga terkadang kalau pergi-pergi beda sepeda motor, agar tidak bersentuhan. Kalaupun harus satu sepeda motor, mereka duduknya berjauhan, yang satu di ujung depan, satunya di ujung belakang. Tengah-tengahnya bisa dikasih tirai atau spanduk caleg.

10.         Pacaran Kutu Buku
Hampir sama dengan pacaran syariah, pacaran jenis ini juga mengarah ke hal-hal positif. Mereka pacarannya di perpustakaan, toko buku, atau di café yang ada wifi nya agar bisa kerjain tugas bareng. Mereka juga sering belajar bareng. Belajar hal-hal positif, jangan mikir jorok gitu.

11.         Pacaran Sehat
Masih satu keluarga dengan pacaran syariah dan pacaran kutu buku, jenis pacaran ini juga mengarah ke hal positif. Untuk kesehatan. Mereka sering pacarannya di jogging track, atau di tempat fitness. Bisa jadi main basket bareng, banyak olahraga yang dilakukan berdua. Bisa berhubungan dengan bola. Ya kayak bola te.....nis. Iya tenis, jangan mikir aneh-aneh.

12.         Pacaran Romantis
Jenis pacaran ini katanya paling sweet. Mereka selalu punya cara untuk buat segala hal menjadi manis dan romantis. Mereka juga sering buat puisi, buat video stopmotion, kasih bunga, coklat, rumah, mobil, apartment. Sweet banget kan...

13.         Pacaran Papa-Mama
Pacaran ini sudah sangat merakyat saat ini. Jadi orang pacaran, mereka memanggil satu sama lain dengan sebutan papa-mama, pipi-mimi, ayah-bunda, abi-umi, kakek-nenek. Ah suka-suka mereka pilih yang mana.

14.         Pacaran Labil
     Jenis pacaran ini didasarkan oleh kelabilkan seseorang dalam menjalani hubungan. Mereka biasanya suka putus-nyambung terus putus lagi dan nyambung lagi, Mereka sudah rebut atas hal-hal kecil, misal cemburu dengan kucing tetangga.

15.         Pacaran Lebay
Jenis pacaran ini bisa dilihat kelebayan mereka di setiap sosial media yang mereka punya, facebook, twitter, instagram, path, friendster. Mereka juga lebay dalam menyikapi sesuatu. Juga suka heboh atas hal-hal kecil, dan dipublish lagi di status. Hemm. I have no more idea about this category.

16.         Pacaran Cabe-Cabean vs Terong-Terongan
Jenis pacaran ini adalah jenis pacaran yang paling komplit, ibarat nasi goreng, ada bistik, ayam, dan telor dadar. Bayangkan cabe-cabean dipadukan dengan terong-terongan. Sudah dipastikan full colour. Di pinggir-pinggir jalan banyak seperti ini.

17.         Kayaknya Sih Pacaran
Yang ini adalah terakhir dan yang paling nyesek di antara segala hal di dunia ini. Ini ketika orang panggil saying-sayangan, jalan berdua, apa-apa berdua. Tapi statusnya nihil. Ibarat nasi goreng, komplit ada ayam, telor dadar, bistik, seafood, kerupuk, tapi nasinya gak ada, Ya ampun.... Dan biasanya pelaku hubungan jenis ini sangat menikmati hari-harinya, sampai akhirnya ada moment yang disebut “Ditinggal Kawin”.

Ya begitulah jenis-jenis atau kategori dari orang pacaran. Semua ini berdasarkan riset yang dilakukan oleh orang yang ahli di bidangnya. Boleh percaya atau tidak. Quick count pilpres aja bisa salah hitung kok...

Rabu, 28 Januari 2015

Arti Cinta Dalam Segelas Kopi

             Kisah ini bermula ketika gue mau balik ke kota dimana gue kuliah, Banda Aceh. Sebuah kota dengan permandangan pantai menakjubkan, setidaknya bagi gue yang gak pernah pergi-pergi jauh ini. Sialnya, gue balik mendadak dan gak sempat pesan tiket bis, berharap bakalan masih ada bis yang mau menampung seorang anak kos ini. Sampai di terminal bis gue langsung ke loket salah satu bis, syukur masih ada satu tiket terakhir, meski posisi duduk ini bukan favorit gue, tapi gue harus terima dengan lapang dada. (#NP Sheila On 7 – Lapang Dada). Gue duduk sambil nunggu waktu keberangkatan. Duduk di sudut terminal, karena gue gak begitu suka berada di tengah-tengah orang ramai. (Ya iyalah, duduk mah di kursi, bukan di tengah orang duduk). Tiba-tiba... Mata gue terarahkan secara otomatis seperti roket rudal rusia yang membidik target, siap meluncur. Tapi apalah daya, keberanian gue untuk ajak kenalan cewek di tempat umum gak seperti artis-artis FTV. Dan, gue hanya menyimpan kekaguman ini sampai di mata saja.
Jam keberengkatan pun tiba. Setelah berpamitan dengan teman gue, gue langsung naik ke bis lalu mencari-cari nomor kursi yang tertera di tiket. Dapat, nomor 18. Gue duduk di samping bapak-bapak paruh baya, kira-kira umurnya sudah masuk kepala empat lah. Setelah ambil sebotol air mineral dan earphone dari tas gue lalu meletakkan tas di rak atas yang selalu ada di setiap bis, gue langsung duduk di sebelah bapak tadi. Oke, tips pertama bagi lo pada yang mau naik bis, kalau lo mau letakkan tas di atas rak atau jauh dari jangkauan tangan, agar tidak repot nantinya selama perjalanan, lo sebaiknya keluarkan dulu yang kira-kira akan lo butuhin dalam perjalanan. Bagi gue, gue hanya perlu air dan earphone atau sejenisnya yang bisa buat lo dengar lagu di handphone tanpa mepulu bangunin orang satu bis.
“Maaf Bang, Abang duduk di kursi nomor berapa ya? Saya duduk disini, nomor 22”, tiba-tiba ada seorang pria yang umurnya kira-kira dibawah gue dua tahun.
“Hah? Apa apa?”, gue lupa cabut earphone.
“ABANG DUDUK DIMANA? SAYA DUDUK DISINI NOMOR 22”, sahut orang tadi sambil sedikit teriak yang diikuti tatapan kaget dari orang satu bis. Oke, ini tidak sedikit.
“Oh, saya duduk di bangku nomor 18, salah ya? Maaf... Eh tapi biasa aja donk bicaranya gak pake jerit-jerit”, jawab gue dengan muka paling polos.
“Lagian abang diajakin ngomong gak nyambung’, jawab orang tadi diikutin dengan duduk dikursi itu setelah gue bangun.
Ya memang gue salah nomor kursi, ya namanya juga manusia, kadang-kadang suka lupa. (Ini sih bukan lupa, tapi rabun). Lalu gue duduk di kursi nomor 18 yaitu tepat di depan kursi yang gue duduki tadi. Dan, betapa kagetnya gue ternyata gue duduk di sebelah cewek yang tadi gue lihatin di terminal. Dalam hati sih gue sudah girang banget, bukan, bukan vokalis Nidji, itu Giring. Bukan yang untuk belah kelapa juga, itu parang, oh jauh ya, oke lah. Dalam hati sih girang bukan main, tapi sebagai cowok gue harus cool dan biasa aja. Lalu dengan biasa aja gue duduk di kursi itu sambil beri senyum kecil. Cowok harus gitu, harus penuh misteri, jangan terlalu ekspresif, supaya cewek penasaran gitu. (benerin kerah baju). Kali ini gue gak boleh lepasin kesempatan ini, gue harus tahu nama dia, kuliah dimana, tinggal dimana, nama orang tua dia, IPK dia, gimana dia di kampus, pengalaman, dan tujuan dia naik bis ini. (Lah ini apa).
Gue coba pancing dia, (ikan kali...), pancing dengan senyuman. Dan ternyata dia muntah. Ya enggaklah, dia senyum balik. Maka itu, gue harus mulai ngobrol.
“Hai, mau kemana?”, gue mulai.
“Ke Banda Aceh bang, kalo ke Medan bukan ini arahnya”, dia jawab, entah niatnya ngelucu, tapi gue ketawa dikit aja.
“ Abang mau ke mana?”, dia tanya balik rupanya.
“Oh sama, ke Banda Aceh juga ini. Oh ya, boleh tahu namanya?”.
“Panggil aja Miky, bang. Kalo abang?”, jawabnya, namanya cantik sih, tapi bisa aja nama panjangnya Mikeyem mungkin, atau Mikiyati.
“Abang.... Kok mulutnya goyang-goyang, abang certain saya ya?”, dia semacam tau gue ngomong dalam hati.
“Eh gak gak, haus aja mungkin. Oh ya, panggil aja aku Arif”, gue jawab sambil minum, ini formalitas aja biar nampak gue beneran haus.
Setelah itu banyak hal yang kami obrolin, dari soal kampus. Ternyata kami kuliahnya di fakultas yang sama. Hanya saja beda jurusan, dia jurusan seni. Dan dia juga adik angkatan gue. Kenapa dulu waktu masa orientasi mahasiswa baru gue gak ketemu dia ya. Atau mungkin karena waktu masa orientasi mahasiswa baru kan semuanya kucel seharian dijemur di terik matahari.
Gak terasa perjalanan sudah dua jam atau tepat pukul 12 tengah malam. Sudah banyak penumpang lain yang tidur dan kami pun sudah mulai lelah akhirnya kami memutuskan untuk tidur atau sekedar memejamkan mata agar perjalanan jadi gak terasa cepat sampai. Secara kami harus menenmpuh perjalanan lebih kurang 8 jam. Dan obrolan kami pun berakhir, itu cukup sih buat gue tahu dia adalah tipe orang yang lucu, unik, ceria, dan suka bercanda. Oh ya, dia manis dan cantik juga. Nyaris sempurna.
Ternyata tanpa sadar gue tertidur dan tanpa sadar gue juga, ternyata bis sudah sampai di terminal kota Banda Aceh. Gue dibangunkan oleh lampu bis yang menyala terang. Waktu saat itu menunjukkan kira-kira pukul 5 lebih 30 menit. Gue sedikit membuka mata dan terasa ada kepala yang bersandar di bahu gue, kepala siapa lagi, kan gak mungkin kepala supir bis nya. Tapi gue pura-pura aja belum bangun supaya dia gak kaget dan malu. Gak lama dia juga terbangun dengan sedikit kaget karena kepalanya udah berlabuh di bahu gue, (halah). Tapi karena dia lihat gue yang (pura-pura) masih tidur, dia cuma kaget aja, gak pake malu. Gak lama dari itu, gue (pura-pura) baru bangun.
“Wah sudah sampai ya, gak terasa”, gue bilang ke dia.
“Iya nih, lelap banget tidurnya”, dia jawab.
“Kamu naik apa ke kost?”, gue tanya ke dia lagi.
:Oh ada temen, bentar lagi di jemput”.
“Ya sama donk. Oh ya, boleh tukaran pin BBM, mungkin lain waktu kita bisa ketemu lagi”.
“Boleh, ini di-barcode aja”.
Sekitar setengah jam kami sama-sama menunggu teman kami jemput, Miky dijemput lebih awal baru setelah 5 menit kemudian gue yang dijemput. Tapi setelah itu kami mulai intense komunikasi dan dekat. Sampai akhirnya kami memutuskan untuk ngedate pertama. Kami pergi ke sebuah warung kopi yang cukup bersahabat untuk cewek dengan tempat yang gak “uwak-uwak” kalau kata orang Medan. Miky memesan teh tarik yang belakangan gue tahu itu minuman favoritnya, gue seperti biasa memesan kopi hitam untuk menguatkan kesan macho sebagai cowok, kalo gue minum susu putih di depan cewek kan jatuhnya cemen. Ya walaupun setelah itu gue masuk angin karena kopi, ya itu urusan nanti lah. Anyway, ngedate pertama berjalan lancar.
Dua minggu setelah ngedate pertama, kami memutuskan untuk ngedate kedua. Kali ini kami pergi untuk mencari buku, Miky bilang pingin baca buku, bukunya sudah habis dibaca semua. Ya walaupun gue gak begitu akrab sama toko buku, paling ke toko buku untuk beli alat tulis, paling banter beli poster presiden dan wakil presiden. Tapi demi Miky sih toko pakaian dalam wanita pun gue pergi. (Lah itu enak donk). Miky memilah-milah buku, gue juga. Miky beli salah satu novel Tere Liye yang terkenal mellow dan cocok untuk cewek. Gue juga gak mau kalah, gue beli buku “Politik dan Hidup Bernegara Menurut BJ. Habibie” yang belakangan gak terbaca sedikit pun. Anyway, ngedate edisi kedua juga berjalan lancar.
Hubungan kami semakin intense, sudah satu setengah bulan sejak kami ketemu pertama kali. Kali ini gue pengen ajak dia ngedate lagi dan nembak dia. Kali ini kami pergi ke pantai yang memang terkenal keindahannya. Disana kami tidak main air, kami hanya ingin menikmati permandangan yang disuguhkan oleh alam. Sampai saatnya matahari mulai akan terbenam.
“Mik, aku mau bicara deh”, gue bilang ke dia,
“Iya, biasa juga bicara kan, gak pernah gak boleh”
“Iya sih, tapi ini beda”.
“Ya udah, mau bilang apa?”
“Kita kan udah lama dekat, kita juga udah sama-sama tahu”. Ada hening sejenak...
“Ya terus apa?”. Dia tanya lagi.
“Kamu mau gak jadi pacar aku?”, (diciyeein kepiting)
“Oh bilang itu, kayaknya aku gak punya alasan deh buat nolak kamu”. (Diciyeein pedagang kelapa muda). Diikutin senyum kecil dia mengiyakan pertanyaan gue. Akhirnya kami jadian dan sunset hari itu menjadi saksi.
Hari demi hari, minggu ke minggu, bulan berganti, gue lewatin dengan status gak jomblo lagi. Senang? Ya iyalah... Hari-hari terasa baru, semuanya ceria. Full of happiness deh pokoknya.
Tiga bulan pertama semuanya masih intense. Masuk bulan ke-4 sudah mulai biasa, mulai ada ribut-ribut kecil tapi langsung diselesaikan, terus sayang-sayangan lagi. Ya maklum lah. Masuk bulan ke-8 mulai sering ada marahan besar, ngambekan, gak kontak-kontakan beberapa hari. Tapi karena rindu, salah satu ada yang ngalah. Masuk bulan ke-10 ribut sudah mulai lebih sering. Mungkin dia sudah mulai bosan, tapi gue simpan rapat-rapat pikiran itu agar tidak semakin sulit situasinya.
Sampai akhirnya masuk setahun kami berhubungan, ada saat dimana kami gak komunikasi selama dua minggu. Akhirnya mau gak mau gue harus nanya ke dia dan bicarain ini. Gue telepon dia dan ajak ketemu, meski dengan nada malas dia mengiyakan ajakan gue.
“Kamu kenapa? Ini udah parah banget lho”. Gue tanya ke dia.
“Gak kenapa-kenapa, lagi malas aja”.
“Lagi malas gak sampe dua minggu juga kali”.
“Terus kamu mau apa?”
“Aku cuma tanya kan.”
“Iya tapi kamu menghakimi aku”
“Aku gak gitu, kalo gini terus untuk apa kita pacaran”.
“Tuh kamu tau, aku bosan, aku pingin putus, tapi kita putus baik-baik, jangan musuh-musuhan”.
“Kalo baik-baik kita gak putus namanya”.
“Ya kita putus, tapi baik-baik, aduh gimana sih bilangnya”.
“Oke oke, kalo kamu maunya gitu, baiklah kita putus dengan BAIK-BAIK”.
“Bilang baik-baiknya biasa aja donk...”
“Iya baik-baik...” (nelan garpu).
Mulai hari itu kami putus, sendok dan garpu yang jadi saksi. Tapi semuanya gak selesai gitu aja. Gue terus mikir kenapa dia bisa bosan, kenapa semuanya gak bisa sama terus dengan hari-hari pertama kami jadian. Kenapa harus ada yang berubah. Pertanyaan-pertanyaan ini terus mengisi pikiran gue.
Sebulan kemudian, gue liat di akun facebook-nya Miky sudah mulai pacaran lagi. Dengan orang yang selama ini gue pikir mereka temanan biasa. Gue pergi ke warung kopi dimana kami ngedate pertama kali dan duduk di kursi yang sama. Gue pesan kopi hitam lagi. Gue seruput kopi itu, meski pahit, tapi gak sepahit waktu pertama kali gue minum kopi. Gue sudah mulai terbiasa dengan rasa pahit kopi. Mungkin hidup seperti itu, kita harus merasakan beberapa kali patah hati untuk mulai terbiasa dan menikmati rasa pahitnya. Juga, tentang kopi ini, awal dikasih dengan terasa panas kopi ini terasa lebih nikmat dibanding ketika sudah lama dan dingin. Namun bagi pencinta kopi, meski sudah dingin, kopi ini masih terasa nikmat, kuncinya bagaimana kita mencintai kopi itu sendiri. Dalam hubungan, awalnya hangat memang terasa indah, namun ketika sudah lama bukan berarti tidak indah lagi. Kuncinya ada di tangan kita yang merasakan cinta itu sendiri, benar-banar mencintai dia atau tidak, dia sang pilihan hati kita.