Senin, 29 Desember 2014

Saling Menghargai

Kali ini ingin membahas tentang sesuatu yang serius dan sedikit memaksa kalian untuk berpikir dan membayangkan. Ini tentang segala sesuatu yang pada dasarnya itu dinilai dari persepsi dan cara pandang kita terhadap hal itu. Seperti kita sebut "air penuh" dengan dua wadah berbeda, wadah pertama adalah sebuah gelas dan yang kedua adalah sebuah teko. Si gelas dengan setengah liter air sudah terisi penuh dan si teko baru terisi penuh dengan tiga liter air. Si gelas dengan angkuhnya berbicara di level setengah liter bersama si teko. Si teko yang terisi air tiga liter tentu merasa kata-kata itu sangat rendahan. Dan ketika si teko berbicara di level tiga liter tentu membuat si gelas bingung dan menganggap teko berbicara di luar konteks. Pada akhirnya obrolan itu pun gak ketemu titik tengah. Lalu apa yang harus dilakukan? Adalah kata "menghargai" yang menjadi kuncinya. Tidak perlu terlalu angkuh akan sesuatu yang kita miliki, karena akan ada yang lebih tinggi dari kita nantinya. Tapi si gelas dan si teko tadi bisa malaksanakan tugas mereka masing-masing sesuai kapasitas dan kemampuan mereka. Kita tentu tidak bisa minum langsung dari teko, dan gelas juga tidak bisa menampung air lebih banyak dari teko.

Oke contoh lain antara anak desa dan anak kota. Seorang anak desa yang biasa tinggal di perdesaan jauh dari riuhnya perkotaan, jauh dari polusi dan kemacetan. Mereka disuguhkan permandangan alam yang indah nan asri juga udara yang sejuk. Suatu hari mereka diajak ke kota, dan mereka dengan takjubnya melihat gedung-gedung menjulang tinggi melebihi bukit-bukit di desa mereka. Mereka juga kagum melihat mobil-mobil mewah di jalanan kota. Sebaliknya, anak kota yang terbiasa melihat gedung-gedung pencakar langit, terbiasa melihat mobil mewah di jalanan, ketika mereka pergi ke desa juga akan takjub dengan suasana desa yang tentram dan indah dengan permandangan alamnya. Lagi, kuncinya adalah "menghargai". Jangan pernah merendahkan orang lain atas bagaimana situasi yang mereka dapat. Sadarilah bahwa kita diciptakan berbeda dengan warna masing-masing untuk menjadi pelangi di bumi.

Lagi, ini soal isu yang agak sensitif. Tentang agama dan warna kulit. Semua agama pada dasarnya mengajarkan kebaikan dan kebajikan hidup di bumi. Kita semua diperintahkan untuk saling menjaga satu sama lain untuk menciptakan bumi yang aman dan damai bagi semua manusia. Tentang aqidah kita harus punya dasar sendiri-sendiri. Jadilah umat beragama yang bukan sekedar punya agama, tapi yang berilmu dan pelajarilah serta laksanakan segala yang diperintahkan dan jauhi segala yang dilarang. Soal warna kulit juga hampir sama, Tuhan menciptakan kita berbeda-beda pasti ada tujuannya, dan itu pasti yang terbaik. Janganlah perbedaan agama, warna kulit, suku, ras, dan lainnya dijadikan sumber perpecahan dan perperangan. Toh, damai itu indah kan. Lagi, menghargai adalah kuncinya.

Terakhir, penyakit bisa datang ke kita kapan saja, kita juga bisa 'berpulang' kapan saja. Orang yang terindikasi memiliki penyakit seperti HIV/AIDS atau thalassemia bukan untuk dijauhi. Datangi dan support mereka untuk selalu semangat hidup. Kelak ketika giliran kita sakit, mungkin di hari tua, kita juga tidak dijauhi orang-orang yang kita sayangi.

Hidup itu indah jika kita bersama. Bersama itu indah. Perbedaan yang bersama-sama itu bak pelangi indah yang menghiasi langit. Melengkung seperti sebuah senyuman.

Senin, 08 Desember 2014

Perenungan

Dalam hidup memang selalu ada pilihan,
Termasuk memilih dari baik ke buruk,
Atau dari buruk ke baik,
Itu pilihan kita sebagai masing-masing individu,

Memang dari buruk ke baik lebih positif dibanding dari baik ke buruk,
Lantas,
Apa kita yakin jika hari ini kita berbuat keburukan,
Maka kita akan bertemu hari esok untuk memperbaikinya,

Atau,
Jika kita berprinsip untuk nakal dulu di masa muda,
Dan berbuat baik di hari tua,
Padahal tidak ada seorangpun yang bisa menjamin kita akan menemui hari tua,

Maka muncullah pilihan untuk selalu berusaha menjadi baik,
Tanpa menunggu hari esok tiba,
Kalaupun kita dapat melihat hari esok dan masa tua,
Apa kita yakin bisa berubah baik,
Jika hari ini saja kita lebih memilih untuk menjadi buruk,

Dan bila itu terjadi,
Maka kita dapat pilihan terakhir,
Yang terburuk,
Menjadi insan yang selalu berbuat buruk,
Dan tanpa sadar,
Waktu kita tiba untuk kembali,
Renungkanlah.

Minggu, 07 Desember 2014

Dua Puluh Dua

Dua puluh dua akan selalu diingat,
Dengan segala ceritanya,
Hitam putihnya,
Suka dan duka,
Dan semua kenangan yang terukir,

Dua puluh dua yang paling bermakna sejauh ini,'
Memberi banyak pelajaran hidup,
Diawali dengan cerita manis,
Lika-liku romantisme,
Belajar untuk menerima,
Belajar untuk bersahabat dengan kenyataan,
Sepahit apapun itu,
Anggap saja itu obat,

Dua puluh dua penuh moment emosional,
Tentang perjuangan skripsi,
Menghadapi badai,
Teriknya matahari siang,
Lapar karena harus hemat,
Belajar sabar,

Dan puncaknya tanggal 28 Agustus 2014,
Senyum dari dua orang tersayang,
Air mata bahagia meski tak ditampakkan,
Seperti ada sebuah kelegaan,

Dua puluh dua akan selalu terkenang,
Terlalu indah,
Namun waktu harus segera berlalu,
Segala moment indah lainnya sudah menanti di depan,
Di dua puluh tiga,
Harapannya masih tentang ingin membahagiakan orang tua,
Menjadi sebuah kebanggaan,
Yang membuat mereka bisa tegak menghadapi hari tua.

Kamis, 04 Desember 2014

Cerita Anak Pedalaman

Kami sering mendengar tentang sahabat kami,
Sahabat satu negeri,
Kabarnya mereka bisa pergi sekolah naik sepeda,
Ada yang naik sepeda motor,
Ada yang naik mobil bersama orang tua,
Ada juga yang naik angkutan umum,

Seru rasanya,
Tapi kami gak kalah menyenangkan,
Kami pergi sekolah beramai-ramai,
Jalan kaki,
Dengan sepatu sederhana,
Yang kalau kami berjalan,
Bisa rasakan batu-batu yang kami injak,
Atau jempol kami yang hampir menyembul keluar,

Belum lagi kami harus berjalan jauh,
Kami harus pergi satu sampai dua jam sebelum buk guru memukul lonceng,
Kami harus menyeberangi sungai,
Dengan arus yang deras,
Jembatan yang hampir putus ini adalah jalan kami,
Kami senang bukan main setiap pergi ke sekolah,
Kami tertawa bersama,

Kata mamak dan bapak ini semua untuk cita-cita,
Kami tak tahu apa itu cita-cita,
Kata buk guru cita-cita itu apa yang kami inginkan,
Kalau yang kami inginkan,
Sangatlah sederhana,
Bisa membahagiakan mamak dan bapak,

Tapi kami sering mendengar teman-teman di kota banyak yang malas sekolah,
Sebagian dari mereka juga saling berkelahi,
Kami tak tahu mengapa demikian,
Kata buk guru,
Apapun yang terjadi,
Kami tak boleh berhenti sekolah,
Meski kami harus berenang melewati derasnya arus sungai.

LDR Jilid 2

Setelah gue cerita tentang hal negatif dari yang namanya hubungan jarak jauh atau long distance relationship (LDR), kali ini gue mau cerita tentang hal positif dari LDR. Pada dasarnya di dunia ini Tuhan selalu menciptakan segala hal ada baik-buruknya atau positif-negatifnya, itulah yang disebut keseimbangan seperti yin dan yang atau hitam dan putih. Begitu juga dengan LDR, ada negatif tentu ada positif. Kalau soal lebih besar mana antara positif dan negatifnya, lo bisa nilai sendiri.

Pertama, lo bisa rasain cinta yang begitu besar lewat LDR. Karena lewat LDR hati lo akan lebih bermain dari indera lainnya. Secara lo gak bisa lihat dia langsung, lo gak bisa dengar suaranya langsung, apalagi lo mau nyentuh dia. Nah karena itulah hati lo mengambil peran yang lebih besar. Lo bisa senyum-senyum sendiri lewat chatting, bisa ketawa girang lewat telepon. Gila? Bukan, that's called love. Kebanyakan orang jika dihadapkan pada cinta akan berubah dari dirinya sendiri.

Kedua, lo bisa melatih sifat-sifat baik lo lewat LDR. Ada banyak sifat baik yang bisa lo latih seperti sabar, jujur, percaya, dan tanggung jawab. Oke, kita bahas satu persatu. Sabar, lo bisa melatih kesabaran lo karena lo akan dengan sabarnya menunggu waktu yang tepat untuk bisa bertemu langsung dengan dia. Jujur, lo akan menjadi terbiasa jujur kalau lo bisa jujur juga sama dia selama lo LDR. Percaya, lo harus percaya sama dia kalau mau hubungan lo langgeng. Tanggung jawab, lo juga akan terbiasa tanggung jawab dengan banyak hal kalau lo bisa bersikap tanggung jawab atas hubungan yang telah lo dan dia jalin. Maka dari itulah, banyak sifat baik akan menjadi kebiasaan kalau lo bisa membiasakan selama lo LDR-an.

Ketiga, anak LDR akan mendapat moment-moment yang lebih bermakna dibanding orang pacaran biasa. Lo bisa kasih surprise ke dia, dan kalau lo lakuin ini momentnya akan sangat bermakna bagi dia. Secara, kalian jarang ketemu, sekalinya ketemu lo datang dengan misterius dan romantis. Itu rasa rindu yang tersimpan lama akan tertuang dan tumpah pada satu moment romantis.

Keempat, ketika sukses dengan LDR nya dan meresmikan hubungan itu pada satu ikatan resmi nan suci, anak LDR akan lebih banyak kisah yang diceritakan dan dikenang, tentang pahit manisnya cinta, tentang perjuangan pertahanin cinta hingga sampai happy ending seperti ini. Dan kisah-kisah itu akan bisa diturunkan ke anak cucu lo nanti agar mereka bisa mengerti bahwa cinta itu suci, indah, dan penuh perjuangan.

Nah, itulah empat hal baik tentang LDR yang bisa gue bagiin. Kembali ke paragraf pertama tadi, baik buruknya LDR lo sikapi sendiri. Asal gak ada yang tersakiti ataupun tersiksa batinnya. Seperti uji nyali dunia lain, lo bisa nyerah kapan aja. Ini cuma untuk perenungan dan penyemangat lo pada kalau sedang jalani status LDR. Sudah ya, sampai sini aja dulu. Bye...