Selasa, 29 Maret 2016

Ironi Anak Perempuan Penjaja Parkir

Dari sebuah sudut jalanan pusat kota,
Ramai-ramai kendaraan lalu lalang,
Dari mobil mewah,
Sampai sepeda sederhana,

Lampu kota yang semakin menyala,
Keramaian yang kian bergelora.
Tak menggoyangkan kaki seorang anak perempuan,
Dari tempatnya berdiri di depan pertokoan,

Seorang anak perempuan tampak lelah,
Berbadan kurus dan kurang terurus,
Sama sekali tak ada senyum tersingkap di bibirnya,
Hanya sendirian tak ada yang menemani,

Tetap memegang lembaran-lembaran kardus,
Menunggu dengan setia setiap kendaraan yang mampir kepadanya,
Agar mampir pula lah selembar uang ke kantongnya,
Malam anak perempuan si penjaja parkir masih sangat panjang,
Terlalu panjang bagi anak seumurnya,

Maka banyak pertanyaan muncul ke permukaan,
Apakah ia tak tidur sedangkan hari mulai larut,
Apakah ia tak beristirahat sedangkan esok pagi waktu untuk
anak-anak sebayanya bersekolah,
Dan orang tua seperti apa yang memiliki hati sebaja itu
membiarkan anaknya bekerja larut malam hingga untuk tersenyum pun tak mampu.

Rabu, 23 Maret 2016

Surat Untuk Ayah

Surat untuk ayah,
Dari seorang anak lelakinya,
Yang masih belum membuatnya bangga,
Yang masih jauh dari harapan,

Sebuah permintaan maaf,
Atas segala kekurangan,
Atas semua kesalahan,
Atas seluruh ketidakmampuan,

Bahkan untuk mendekati standar terendahnya pun
aku tak mampu,
Apalagi menjadi seperti dirinya,
Atau setidaknya seperti yang ia mau,
Ya aku tak mampu,

Menjadi diri sendiri,
Yang ia tak suka,
Menjalani pilihan sendiri,
Yang ia tak setuju.