Selasa, 20 Agustus 2013

Bus Itu Membawanya Pergi

Rasanya belum puas ku bersamanya,
Namun ia harus pergi meninggalkan kota ini,
Pergi untuk sementara menuju kota tetangga,
Tak jauh memang,
Dan juga tak lama,
Hanya seminggu,
Namun bukan soal jarak,
Dan juga bukan soal waktu,
Ini soal rindu yang akan memenuhi hati,

Bus yang ditunggu pun akhirnya tiba,
Menjemputnya dengan para penumpang yang lain,
Senyum manisnya sungguh teruntai indah,
Sambil mengucapkan selamat tinggal ia berjalan pelan,
Menaiki bus yang siap mengantarnya ke kota tujuan,
Terlihat ia melambai dan tersenyum dari balik kaca,
Sungguh manis bidadari-Mu, Tuhan,

Awalnya ku kira ini hanya mimpi,
Namun sudah seminggu ia tak pulang ke rumah juga,
Ia telah berpulang menemui Tuhan-Nya,
Ya, senyuman dibalik kaca itu adalah senyuman terakhir darinya,
Bus yang ditumpanginya mengalamai kecelakaan setelah satu jam meninggalkan terminal,

Bus itu benar-benar membawanya pergi,
Pergi tak kembali,
Bukan untuk sementara,
Tapi untuk selamanya.

Kupu-Kupu Merah Muda

Terbang bebas bersama udara,
Menikmati dunia dari sudut yang berbeda,
Mengindahkan dunia dengan sayap-sayapnya,
Berwarna-warni laksana pelangi,

Bukan hal mudah untuk menjadi indah sepertinya,
Melewati hal-hal pahit dalam hidupnya,
Dari suatu hal yang menjijikkan,
Menjadi hal yang dipuja,

Butuh proses untuk menjadi yang lebih baik,
Seperti ia si kupu-kupu merah muda,
Keluar dari sebutir telur menuju ke dunia,
Bukan langsung menjadi indah,
Menjadi ulat agar ia belajar,
Belajar tentang hidup,
Belajar bagaimana untuk dapat menghargai keindahannya,
Belajar agar ia menghargai sesuatu yang tidak lebih indah dari nya,
Belajar untuk menghargai suatu proses,
Proses si ulat menuju keindahan,
Di dalam kepompong dan tak melakukan apapun,
Sabar karena ia tahu bahwa ini adalah proses,
Dan akhirnya keluar si kupu-kupu merah muda,
Yang siap menghiasi dunia.

Rasa Apa Ini?

Sebuah rasa yang sulit untuk mengakuinya,
Sebuah rasa yang menguasai alam sadarku,
Sebuah rasa yang menghiasi alam mimpiku,
Sebuah rasa yang mungkin bernama rindu,

Ini rindu?
Entahlah,
Apakah ini rindu,
Jika setiap malam kau lah yang aku impikan,
Jika kau yang ku ingat di setiap waktuku,
Jika kau yang menjadi bagian dalam doaku,
Doa agar kita dapat menyatu,

Cinta?
Apa lagi itu cinta?
Cintakah ini,
Jika kau yang menjadi sebab ku tertawa,
Jika kau yang menjadi sebab ku tersenyum,
Jika kau yang menjadi sebab ku menangis,

Namun apalah arti semua ini,
Bila hanya ku yang merasakan,
Mungkin ini salahku,
Yang selalu mengunci rapat mulutku,
Hingga ku tak tahu bagaimanakah perasaanmu.

Jumat, 16 Agustus 2013

Si Mblo - Ngopi Bareng Restia

Sebuah cerita pendek tentang teman saya yang memiliki prinsip dan keteguhan yang kuat,,,,, untuk menjadi jomblo. Namanya Jodi, mahasiswa tingkat akhir.


"Uhuk Uhuk", Jodi mengagetkan saya yang sedang santap siang.

"Kenapa lu, Jod? Sakit? Minum obat gih.".

"Bukan bro, gua cuma mau pamer aja."

"Sejak kapan orang sakit pamer-pamer?"

"Bukan pamer itu, tapi  liat nih bbm Restia ke gua, doi ajak ngopi bro malam ini,".

"Ah tampang lu Jod, mau ngopi segala. Biasa juga minum susu Milo, gak ingat lu terakhir kali minum kopi gimana, diare kan? Lu cemen Jod, gak usah sok jantan deh,". Saya memberi nasehat.

"Ya kan usaha bro, sekali-sekali juga gua gebet cewek, lu gitu amat sih sama temen, kan gua minum kopi susu, jadi gak pahit banget.".

"Yaelah itu tetep aja cemen, masih ada susu nya, jangan pake susu, kopi hitam, yang pahit sekalian, pokoknya lu harus macho dalam segala hal, jangan bilang lu jam 9 malam udah tidur, jangan bilang lu suka nonton Spongebob, jangan bilang lu masih sering kangen nyokap, segalanya deh,".

"Hemm, iya iya, entar malam gua minum kopi pahit dan gua lakuin segala hal yang menurut lu macho, lu ikut bro? Ikut ya, temenin gua, jadi kalo gua kenapa-kenapa ada elu."

"Hemm, malas ah.".

"Gua traktir sarapan lontong deh.".

"Oke!".

Malam pun tiba, bertepatan dengan malam minggu, jadi banyak juga yang keluar bareng pacarnya. Kami juga tidak mau kalah donk, iya kami malam ini tidak cuma keluar berdua. Dengan gaya cool dan stylist, kami memasuki sebuah warung kopi, kami ambil di sudut warung dengan ditemani cahaya lampu redup-redup. Iya, ini warkop gaul, bukan seperti warkop zaman dulu.

Setelah menunggu sekitar setengah jam, akhirnya Restia datang menghampiri kami, dengan setelan dress pink dia duduk di depan kami. Yah, dia cantik.... Eittsss, itu gebetan sahabat saya, jangan sampai tergoda.

"Mas, mau pesan apa?", pelayan datang dan bertanya pada kami.

"Oh saya kopi hitam ya mbak, gak usah pake gula, biasalah setelah cowok macho,", kata Jodi pada pelayan itu.

"Baik mas,".

"Kamu mau pesan apa?," tanya Jodi ke Restia.

"Hemm, aku pesan jus Melon aja.", jawab Restia.

"Wah pilihan yang tepat untuk cewek cantik seperti kamu,", Jodi berkata sambil menggoda Restia.

"Lu pesan apa?", tanya Jodi ke saya.

"Oh gua jus Jeruk aja," jawab saya.

"Apa juga lu kata kalo cowok macho itu harus minum kopi, tuh lu pesan jus," bisik Jodi ke saya.

"Yah kan ini acara lu, jadi gak ngaruh ke gua,", bisik saya balik.

Pelayan itu pun pergi untuk menyiapkan pesanan kami. Dan tidak lama kemudian, pesanan kami sampai. Dan Jodi mulai membuka pembicaraan.

"Hemm, tadi pergi naik apa ya?", tanya Jodi.

"Aku naik motor sih tadi, punyanya motor sih, kamu naik apa?", tanya Restia balik.

"Oh yang matik itu ya? Oh aku naik motor juga, punya temen aku, biasa sih aku jalan kaki, terus kalo ada orang lewat tinggal aku berhentiin, aku nebeng kemana aja, dianya harus mau lah, biasalah kan cowok, cowok memang harus gitu,", jawab Jodi.

"Oh cowok harus gitu ya, baru tau sih.", jawab Restia.

"Iya cowok memang gitu, eh pesanan kita sampe tuh,", kata Jodi.

"Iya sampe, kamu suka kopi pahit ya?", tanya Restia.

"Iya aku suka banget ini, cowok banget kan, itulah aku, hahahaha, ayo ayo diminum,", kata Jodi ke Restia.

"Berarti suka duduk ngopi sampe tengah-tengah malam ya?", tanya Restia lagi.

"Iya donk, aku gak biasa tidur cepat, aku selalu nongkrong dulu bareng temen-temen sampe tengah malam, haha, kan cowok,", jawab Jodi.

"Oh gitu, oke deh,,,", Restia menutup pembicaraan dengan mmeneguk jus wortelnya.

"Gilak bro, pahit bener....", bisik Jodi ke saya.

"Sabar bro, lu harus kuat demi cinta, cinta itu memang pahit bro", saya menyemangati,

"Oke bro!!!!!", saya sangat tahu bahwa kopi itu benar-benar menyiksa Jodi.

Sudah lama juga kami mengobrol tentang banyak hal, dan jodi sepertinya ingin bertanya lebih dalam. Ya, mana tahu Jodi bisa pacaran gitu sama Restia.

"Hemm kamu udah punya pacar belum?", tanya Jodi ke Restia.

"Belum nih, lagi jomblo, kenapa ya?", tanya Restia balik.

"Gak apa-apa sih, emang tipe cowok kamu gimana ya?", tanya Jodi dengan penuh harap.

"Hemm, yang pasti sih ganteng, setia, peduli, lembut, gak suka kekerasan, menjaga kesehatan, gak suka kopi, apalagi sampe duduk ngopi sampe tengah malam, ih gak banget deh, kan itu mengundang penyakit,", jawab Restia rinci.

Waduh, kayaknya Jodi salah strategi deh, atau salah pilih cewek. Jodi ganteng enggak, setia juga belum teruji, kan dia belum pernah pacaran, gak laku sih, terus dia juga terbukti minum kopi dan mengaku suka bergadang. Yah, bisa dipastikan ini akan gagal lagi.

Ya benar saja, Jodi kali ini gagal lagi. Masih untung pertemuan malam itu berakhir dengan damai. Restia tidak pernah menghubungi Jodi lagi, dan Jodi juga tidak mau bicara selama sebulan karena saran yang saya berikan. Lagian kan saya mana tahu juga gimana tipe si Restia itu, haha. Apa saya sotoy? Ah gak, sok tau kalian. Dan yang paling parah itu adalah pulang dari situ Jodi langsung menderita diare 5 hari dan demam seminggu, ya karena apa lagi selain karena kopi super pahit malam minggu itu.

Senin, 12 Agustus 2013

Peristirahatan Terakhir Untuk Sahabat

Bersama kita pernah mengukir sebuah kisah masa lalu,
Sebuah kisah dimana kita masih terlalu muda untuk mengerti akan hidup,
Sebuah usia dimana kita ingin selalu bermain,
Sebuah usia dimana kita sendiri tak mengerti mengapa kita bisa tertawa,
Atau mengapa kita bisa menangis,

Kenangan akan dirimu akan selalu terbingkai rapi dalam ingatanku,
Bagaimana kita bermain bersama dengan senangnya,
Bagaimana kita menangisi hal-hal yang sebenarnya sepele,
Tapi itulah kita,
Mengukir bahagia bersama,

Namun kini kita telah beda dunia,
Kau disana dan aku disini,
Tugasmu telah usai namun aku belum,
Kau sudah harus berada disana duluan,
Mendahului diriku,

Sebenarnya ini hanya soal waktu,
Aku juga akan berada disana bersamamu,
Mempertanggungjawabkan perbuatan sepertimu,
Bertemu Tuhan kita,

Semoga kita bisa bertemu lagi disana,
Di dunia yang abadi,
Sebuah peristirahatan terakhir,
Berhenti dari urusan dunia,
Selamat jalan, Sahabat,
Semoga kau tenang dan bahagia disana.

This is presented for Almh, Kiki Karina, our best friend.

Salam Lebaran Dari Yang Terlupakan

Selamat lebaran untuk kau yang ada disana,
Untuk kau yang telah melupakan keberadaanku,
Untuk kau yang telah melupakan jasa-jasaku,
Untuk kau yang terlalu sibuk akan urusanmu,
Untuk kau yang telah aku besarkan,
Ya, untuk kau yang aku sebut anak,

Terkadang aku terfikir apakah kau pernah merindukanku,
Jika kau tidak merindukanku,
Bagaimana bisa kau mendoakanku,
Apalagi untuk melihatku disini,
Mungkin waktumu terlalu mahal dibanding diriku,
Apalah daya ternyata yang pernah aku lakukan tak mampu membelinya,

Tapi semoga kau baik-baik saja disana,
Di tempat yang aku sendiri tak tahu dimana,
Bagaimanapun kau adalah anakku,
Tak akan mampu aku membencimu,
Apalagi melupakanmu,
Rinduku selalu tersimpul indah disini,
Doaku selalu terangkai manis untukmu,

Maafkan ibumu ini jika terdapat salah di masa lalu,
Sehingga kau tak sudi lagi melihatku,
Tak sudi lagi memelukku,
Padahal dulu ibu selalu bahagia bisa memelukmu,

Aku yang mencoba bahagia disini,
Mencoba tersenyum walau ingin menangis,
Tapi biarlah,
Aku ikhlas jika sampai ku mati kau tak datang juga,
Untuk sekedar melihatku,
Melihat dan memperhatikanku disini,
Disini di sebuah panti jompo di sudut kota ini.

Senin, 05 Agustus 2013

Benarkah Kita 'Menang'?

Semakin mendekati akhir Ramadhan, semakin dekat pula dengan 1 Syawal yang artinya hari raya Idul Fitri. Semua umat muslim mulai menyiapkan segala hal untuk menyambut hari besar itu. Ada yang menyiapkan bathin yang artinya makin perbanyak ibadah karena Ramadhan akan meninggalkan kita, ada yang menyiapkan makanan-makanan yang akan menjadi sajian untuk menyambut tamu yang berkunjung ke rumah, dan ada juga yang menyiapkan penampilan dari baju baru, celana baru, sampai mungkin rambut baru. Semua itu terserah pribadi masing-masing individu, asal semua senang.

Idul Fitri yang banyak disebut hari kemenangan memiliki hakekat bahwa manusia kembali putih bersih seperti bayi yang baru lahir ke dunia. Hal ini memiliki garis lurus dengan hakekat Ramadhan itu sendiri yaitu untuk membersihkan manusia dari dosa dan juga melatih manusia untuk menjadi lebih baik lagi dan naik kelas yang lebih baik. Ramadhan memiliki banyak kekhususan, selain kita diwajibkan untuk berpuasa yang melatih dan membersihkan kita dari segala hal kotor dan dosa, tapi Ramadhan juga mewajibkan kita untuk membayar zakat sesuai kemampuan kita dengan tujuan membersihkan harta kita dan juga berbagi kepada mereka yang membutuhkan. Sungguh bulan yang luar biasa, bulan dimana kita dapat berbagi kebahagiaan dan merasakan kesusahan mereka yang kurang mampu, dan juga bulan yang mulia dimana banyak keberkahan di dalamnya.

Terlepas dari bulan Ramadhan yang tinggal satu hari lagi ini, kita mau gak mau harus meninggalkan bulan suci ini. Kembali lagi ke Idul Fitri yang dikatakan hari kemenangan. Pertanyaan untuk kita semua, benarkah kita sudah menang? Kemenangan artinya ada sesuatu yang kita dapat, layaknya kita ikut perlombaan, lalu kita menang, pasti kita dapat hadiah. Nah, begitu juga dengan bulan Ramadhan. Selama satu bulan kita diuji dan dicoba, untuk menaikkan kelas ketaqwaan kita, untuk merubah diri kita menjadi lebih baik lagi, untuk melatih banyak hal seperti kesabaran dan ketaatan beribadah kita. Ya minimal jika kita belum mampu mencapai level taqwa, kita bisa lah menjadikan Ramadhan ini sebagai sarana latihan bagi diri kita, jadi di luar Ramadhan, kita bisa jadi lebih baik dari sebelum Ramadhan. Jika setiap Ramadhan bisa jadi lebih baik terus menerus, Insya Allah kita bisa mencapai level taqwa.

Nah, di hari kemenangan nanti kira-kira apa yang kita dapat sebagai hadiah atas usaha kita. Kemenangan itu bukanlah bagaimana kita bisa dapat membeli baju baru, atau membuat kue banyak-banyak, bukan itu. Kemenangan itu tidak terlihat, tapi bisa dirasakan. Bagaimana merasanya? Ya kita bisa menilai diri kita sendiri dari sebelum Ramadhan dengan setelah Ramadhan. Semoga kita semua mendapat hadiah dari Allah SWT, bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dan bisa naik kelas di hadapan-Nya, sampai kelas tertinggi yaitu kelas taqwa. Maka, mari sama-sama kita renungkan apakah kita sudah benar-benar 'menang'?

Bersihkan hati, saling memaafkan, hilangkan dosa, menjadi pribadi yang baru. Selamat Idul Fitri 1434 H, Minal Aidin Walfaidzin, Mohon Maaf Lahir dan Bathin.

Si Mblo - Mudik

Sebuah cerita pendek tentang teman saya yang memiliki prinsip dan keteguhan yang kuat,,,,, untuk menjadi jomblo. Namanya Jodi, mahasiswa tingkat akhir. 



"Jod.... buruan, udah jam berapa ini, entar kita kemalaman nyampenya!!!", teriak saya pagi itu.

Saya berteriak bukan tanpa alasan, hari ini kami mau mudik ke kampung halaman kami, saya harus mengingatkan Jodi kalau kami gak boleh kemalaman sampai rumah, selain lebih berbahaya jalan malam hari, kami juga ingin berbuka puasa bersama keluarga hari ini. Berhubung kami anak kost yang hemat dan perhitungan, jadi kami memutuskan untuk mudik menggunakan sepeda motor. Urusan kampus kami pun sudah selesai, maka kami memutuskan untuk langsung menggeber motor kami menuju kampung halaman tercinta.

"Lama banget sih lu, Jod. Ngapain aja di kamar mandi? Nguras air?", saya bertanya pada Jodi.

"Ah lu, gak sabaran banget, kan gua harus benar-benar siap lahir bathin luar dalam, baik mental maupun penampilan,", katanya santai.

"Ah omong lu, kayak orang bener aja, palingan lu mau tebar pesona ke cewek-cewek desa yang kita lewati selama perjalanan, ngaku aja deh," tanya saya curiga.

"Idih ogah ya, gua mah gak level gituan, kan udah gua bilang kalo gua mau cewek-cewek yang ngejar gua," katanya sok cool.

"Ah lagu lu sok bener," saya gak percaya karena seperti ini bukan pertama kali kejadian.

Setelah Jodi siap, mesin motor panas, kami mulai berangkat meninggalkan kota perantauan kami. Yup, menuju kampung halaman.

Beberapa kota telah kami lewati, kampung halaman kami jaraknya lumayan jauh, kalau naik bus membutuhkan waktu sekitar 8-9 jam perjalanan.Setelah mengendarai motor selama 4 jam, lelah pun mulai menghinggapi tubuh kami. Di depan terlihat ada posko mudik yang didirikan oleh Polres setempat untuk membantu pemudik mencari informasi atau sekedar beristirahat. Kami pun memutuskan untuk beristirahat disana, lagi pula ini sudah setengah perjalanan.

Kami disambut hangat oleh satuan kepolisian di posko itu, terlihat juga ada beberapa polwan yang memang berparas manis dengan tinggi semampai. Tiba-tiba Jodi berkata sesuatu pada saya.

"Kalau gua gombalin mbak polwan itu gimana? Dia marah gak ya," tanya Jodi.

"Hemm, ya gak tau juga, lu coba aja, mana tau mau terus dekat dan jadian,", jawab saya.

"Lu tau apa tentang tipe cowok idaman polwan?", tanyanya lagi.

"Ya polwan pastinya suka cowok yang macho, jangan sampai dia tahu kalau lu masih suka nonton Larva atau baca komik Naruto atau bahkan suka nonton JKT48, dia bisa illfeel, pokoknya lu harus macho dalam segala hal,", saya memberi solusi.

"Oh gitu ya, okelah, gua coba,", katanya.

Selagi Jodi mencoba menggoda polwan tadi, saya memutuskan untuk sholat Zuhur di musholla terdekat berhubung juga sudah masuk waktunya.

Setelah selesai sholat, saya langsung kembali ke posko untuk menemui Jodi. Tapi mendadak ada keributan di posko mudik tadi. Saya yang penasaran pun langsung mendekat dan menjumpai Jodi yang dikerumuni polisi. Saya sebagai temannya langsung mendekat dan bertanya sebenarnya apa yang terjadi.

"Maaf pak, ini apa yang terjadi ya dan apa salah teman saya?", tanya saya pada salah seorang polisi pria.

"Oh anda temannya? Ini teman anda dicurigai sebagai sindikat penjualan organ tubuh ilegal.", jawab polisi tadi.

"Lho kok bisa? Kami mahasiswa kok pak, mahasiswa biasa dan baik-baik", tanya saya lagi yang terheran-heran.

"Iya, dari pengakuan teman anda tadi pada rekan polisi wanita kami yang bernama Sinta bahwa ia suka nonton film 'Cannibal', dia bercerita juga bahwa dia suka setiap adegan pembelahan organ tubuh itu dan kadang mempraktekkannya juga, dari situ kami langsung menduga bahwa ia adalah termasuk sindikan penjualan organ tubuh ilegal, jangan-jangan anda temannya juga melakukan itu.", polisi tadi menjelaskan dan langsung menuduh saya.

"Eh eh eh gak pak, saya gak ikut gituan," saya menyangkal.

"Eh Jod, maksud lu apaan bilang-bilang kayak gini, lu biasa nonton Larva sama JKT48 pun, lagipula lu juga gak sanggup liat ayam disembelih, lu bilang gak tega, liat darah aja lu pingsan," saya meminta klarifikasi dari Jodi.

"Ya kan gua bilang gitu biar nampak macho, kayak lu bilang tadi,,,", jawabnya.

"Ya ampun, jadi karena itu, macho sih macho Jod, tapi gak belah-belah tubuh orang juga, aduh,,,", kata saya dengan penuh penyesalan.

"Ya gua mana tahu,,,", jawab Jodi sedih.

Akhirnya setelah diintrogasi agak lama dan diperiksa kartu identitas, kami pun dilepas. Karena terlalu lama disana, kami pun sampai di rumah kemalaman dan kondisi makanan di rumah juga tinggal sisa sedikit. Buka puasa enak gak dapat, polwan lewat, sial yang dapat. Ini semua karena Jodi yang sok-sok mau jadi cowok macho dan cool.... arrggghhh.....

Jumat, 02 Agustus 2013

Tua Bukan Alasan

Menyusuri jalan pusat kota ini adalah tugasnya setiap hari,
Sengatan sinar mentari menjadi sahabatnya,
Asap kendaraan merupakan santapannya,
Suara berisik kendaraan adalah musik yang menemaninya berjalan,

Gelas dan botol bekas air mineral adalah sampah bagi kebanyakan orang,
Namun tidak baginya,
Ya baginya itu adalah uang,
Sampah itu adalah sumber pendapatannya,
Yang dapat menghasilkan uang untuk kehidupan keluarganya,
Uang agar keluarganya bisa makan,
Uang agar anak-anaknya bisa sekolah,
Menuntut ilmu agar tak jadi sepertinya,

Sungguh tidak ada alasan baginya untuk tidak melakukan ini,
Ini adalah satu-satunya yang dapat ia kerjakan,
Keringat yang bercucuran,
Tulang yang termakan usia,
Tubuh yang mulai renta,
Rambut yang mulai putih,
Itu semua tak akan mampu membuat semangatnya runtuh,

Hanya keluarga dalam pikirannya,
Bukan malu,
Bukan menunggu belas kasihan,
Bukan juga penat,
Tapi bagaimana ia dan keluarganya hari ini bisa makan,
Dan masih bisa melihat hari esok,

Hidup memang keras,
Terkadang tak adil,
Tapi hidup hanya sementara,
Lakukan yang terbaik,
Tetaplah berusaha,
Jangan menyerah,
Jangan tinggi hati,
Sungguh Allah maha adil,
Karena akan ada tempat terindah di akhirat,
Bagi kita yang percaya akan kebesaran-Nya.

Kamis, 01 Agustus 2013

Si Mblo - Demam Bola

Sebuah cerita pendek tentang teman saya yang memiliki prinsip dan keteguhan yang kuat,,,,, untuk menjadi jomblo. Namanya Jodi, mahasiswa tingkat akhir. 



"Yess GOLLLLL!!!!", saya berteriak mengekspresikan gol Chelsea yang baru tercipta.

Ya, malam itu ada pertandingan seru antara Chelsea melawan Manchester United dalam ajang liga Inggris. Jodi yang dari tadi asyik memainkan hapenya pun mulai tertarik dengan pertandingan yang saya nonton. Si Jodi tidak suka menonton sepakbola, apalagi main, ya jadi dia gak ngerti peraturan sepakbola gitu. Sayang sekali hidup dia memang.

"Apaan yang main?" Tanyanya penasaran.

"Oh ini? Chelsea lawan MU," jawabku.

"Oh itu negara baru? Indonesia kapan main?" tanyanya polos menjurus bodoh.

"Ini bukan negara, Jod. Ini klub sepakbola, mainnya di Inggris, liga Inggris, jadi tiap negara itu ada liganya", saya mencoba sabar menjelaskan.

"Oh gitu, jadi ini Inggris? Kok Inggris ada yang mirip orang Jepang? Oh mungkin naturalisasi ya," tanyanya semakin bodoh sambil menunjuk ke arah Shinji Kagawa.

"Bukan Jod, dia memang orang Jepang tapi main di Liga Inggris, ah sudahlah, lu tanyanya ngalahin interview lamar kerja di bank, banyak!!!!", saya menjawab kesal sambil memfokuskan diri menonton.

Akhirnya Jodi diam dan melanjutkan main hape. Saya tidak tahu juga apa yang dia lakukan dengan hape nya, modusin cewek kali. Pertandingan pun berakhir dengan kemenangan Chelsea 2-1.

Keesokan harinya....

"Wah baju baru, Jod? Tumben pake jersey bola, sakit lu?", tanyaku heran.

"Gak kok, kan biar kayak orang-orang lain aja gitu, lagian gua lagi dekatin cewek nih, namanya Fani, kenalan dari BBM, katanya sih dia suka cowok pake jersey bola kayak gini.", jawabnya.

"Oh jadi karena cewek nih? Terus kenapa lu pilih jersey itu? Kan itu tim nya gak terkenal", saya menjelaskan.

"Lho emang ini klub apa? Emang klub banyak ya?' tanyanya bingung.

"Ya banyak lah, Jodi. Yang lu pake itu nama timnya Atalanta, tim liga Italia, lagian tim itu kan udah degradasi ke Serie B, gak bagus, lu bakal nampak semakin bego pake baju itu, mana itu kan baju keduanya, aduh..." saya ikutan bingung.

"Wah gua mana tau, gua suka warna putih, ya gua ambil aja ini, kirain semua klub bola itu keren, jadi gua pake baju apa donk, kasih solusi," tanyanya meminta solusi.

"Hemm jadi lu suka warna putih ya, ya udah besok lu beli aja jersey Real Madrid, keren tuh, kalo ada lu beli yang ada namanya ya, RONALDO, itu bintangnya, bro, percaya deh lu pasti keren...", saya memberi solusi.

"Wah makasih bro, lu memang sahabat gua,", Jodi menepuk pundak saya sambil tersenyum.

Saya sangat senang melihat situasi ini, secara sahabat saya yang tadinya berprinsip ingin tetap jomblo, akhirnya sekarang dia mau memulai mencari gebetan, dan lagi dia juga sudah mulai suka sepakbola, ya setidaknya kan dia sudah mulai mau pakai jersey kemana-mana. Semoga dia berhasil.

Rabu sore...

"Wah gila bro, si dia mau gua ajak ketemuan, kata dia malam ini bro, di cafe ujung jalan sana, katanya sih sambil nonton bola gitu, El Cissisico nama bolanya bro,", Jodi tampak bahagia.

"El Classico kali, jod..." kataku datar.

"Iya itu maksud gua, pasti keren nih gua pake jersey baru Real Madrid, warna putih pasti masuk banget sama kulit gua yang putih juga, gak sabaran deh," katanya masih tampak sumringah.

"Iya deh iya,,, semoga berhasil ya bro, gua doain deh dari rumah ya, gua gak nonton deh entar malam, besok pagi-pagi gua mau jumpai dosen, biasa konsul...", kataku.

"Oh oke deh, gak masalah, entar gua kabarin aja berapa skornya yak," Jodi mencoba menyemangati saya.

Malam semakin larut, saya pun harus tidur karena besok pagi-pagi mau ketemu dengan dosen, maklum mahasiswa tingkat akhir. Namun, belum lagi saya benar-benar masuk ke dalam mimpi saya, Jodi pulang sambil nangis-nangis. Kondisinya cukup memprihatinkan dengan muka memar dan baju robek, padahal itu kan baju baru.

"Oy kenapa lu?", tanyaku heran.

"Lu keterlaluan ya sebagai temen," kata Jodi.

"Lho kok gua tiba-tiba? Apa salah gua?", saya masih heran.

"Iya, lu bilang gua pake jersey ini keren, cewek pasti suka, lu bilang Real Madrid juga hebat," katanya lagi.

"Lho emang kuat kok, dibanding Atalanta yang lu pake sebelumnya," kata saya.

"Apaan? Buktinya gua jadi kayak gini, gua dikeroyok sama kumpulan orang-orang yang pake jersey warna merah-biru, entah Barcelona tadi kata mereka, si Fani juga pake jersey itu, akhirnya gua bonyok deh di Cules Cafe tadi,", sambungnya.

"Yaelah, lu juga gak bilang kalau lu mau nonton bareng fans Barcelona, dan lu juga gak bilang kalo si Fani adalah Cules Angel, itu nama fans cewek Barcelona, dan parahnya lagi lu masuk ke cafe basecamp fans mereka, ya pantesan aja lu bonyok gini," saya menerangkan.

"Yah gua mana tau Barcelona itu musuhan sama Real Madrid, dan gua juga mana tahu kalau nama "Fani Cules Angel" di kontak BBM itu untuk menjelaskan bahwa dia adalah fans Barcelona, kirain nama apaan,", Jodi mulai paham.

"Ya gitulah, tuh paham, tapi telat, udah ah, gua mau tidur,", saya mencoba menutup pembicaraan.

"Terus gua gimana? Tanggung jawab donk,", Jodi merengek.

"Bodo!", kali ini harus benar-benar berakhir.

Sebenarnya kasihan juga sih sama Jodi, secara kan dia sahabat baik saya, tapi kelakuannya itu juga sih. Kabarnya sih sejak kejadian itu Fani nge-delete Jodi dari kontak BBM-nya. Kasihan Jodi, mungkin dia lebih baik sok-sok jaim seperti biasa aja.